Minggu, 29 Maret 2009

Mahasiswa Cenderung Golput dalam Pemilu 2009

Jember - Mahasiswa cenderung menjadi golongan putih (golput) dalam Pemilu 2009, kata Dr. Muhammad Uhaib As'ad, akademisi dari FISIP Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary

"Mahasiswa cenderung bersikap apatis, apolitis, dan kritis terhadap Pemilu 2009 mendatang," katanya dalam Seminar Nasional "Polemik Golput di Era Demokrasi Dalam Perspektif Islam" yang digelar di aula IKIP PGRI Jember, Sabtu.

Menurut dia, pemilih muda (mahasiswa) terbagi menjadi dua kelompok, pertama kelompok apatis dan apolitis, kelompok yang biasanya teralienasi dari sistem atau proses politik yang ada.

Kedua, kelompok rasional dan kritis, sehingga tidak mudah terbujuk slogan dan janji caleg atau capres dalam Pemilu 2009.

"Berdasarkan kategori itu, jumlah mahasiswa yang akan golput dalam Pemilu 2009 cukup tinggi," katanya menduga.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang golput itu haram, kata dia, tidak akan berpengaruh untuk menekan angka golput di Indonesia, karena masyarakat, terutama mahasiswa sudah tidak percaya terhadap partai politik yang ada.

"Fatwa MUI tidak efektif untuk menekan angka golput pada Pemilu 2009," katanya menegaskan.

Ia menjelaskan, hasil survei yang dilakukann Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menyebutkan, angka golput diprediksi mencapai 32 persen pada Pemilu 2009, sehingga fatwa MUI tidak akan berpengaruh di Indonesia.

"Saya juga melakukan survei di 13 kabupaten di Kalimantan Selatan (Kalsel), terkait dengan prediksi golput pada Pemilu 2009. Hasilnya angka golput di Kalsel mencapai 31 persen," katanya mengungkapkan.


Masa depan bangsa
Sementara itu, Ketua MUI Jember, Sahilun A. Nasir, menilai, sikap golput yang dilakukan masyarakat akan mempengaruhi masa depan bangsa, sehingga diharapkan masyarakat berpartisipasi aktif untuk menyalurkan hak pilih pada Pemilu 2009.

"Umat Islam diimbau untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya untuk mengemban tugas 'amar makruf nahi mungkar'," kata Sahilun berharap.

Menurut dia, pemilu dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama dan kepentingan bangsa.

"MUI secara tegas memberikan fatwa haram terhadap golput, agar masyarakat dengan sadar dan bertanggung jawab menggunakan hak pilih pada pemilu 9 April mendatang," katanya dengan tegas.

Sebagai generasi penerus bangsa, kata dia, mahasiswa harus menyalurkan haknya dan tidak golput, agar terjadi perubahan yang lebih baik di Indonesia.

"Meski mahasiswa cenderung golput, saya imbau untuk memilih pada pemilu mendatang," katanya berharap.

Secara terpisah, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Jember, Taufiqur Rahman, mengakui, mahasiswa cenderung tidak menyalurkan hak pilih pada pemilu.

"Mahasiswa banyak tahu tentang caleg dan parpol, sehingga enggan untuk memilih, karena tidak ada jaminan perubahan yang lebih baik ditangan mereka," katanya menerangkan.

Ia juga tidak setuju fatwa haram MUI tentang golput, karena Indonesia masih menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, sehingga memilih atau tidak adalah hak setiap warga negara.

"Saya pesimis, pemilu dapat membawa perubahan yang lebih baik, sehingga saya secara pribadi tetap memilih golput pada Pemilu 2009," katanya menambahkan.

HMI Pamekasan Sosialisasi Pemilu

Pamekasan - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Selasa, menggelar sosialisasi pemilu ke sejumlah lembaga pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) di wilayah tersebut.

"Kegiatan ini kami lakukan untuk memberikan pemahaman kepada para pemilih pemula tentang teknik pemungutan suara dan pentingnya menggunakan hak pilih dalam menentukan nasib bangsa lima tahun yang akan datang," kata Ketua Umum HMI cabang Pamekasan, Sulaisi Abdurrazak.

Sosialisasi, Selasa itu dimulai dari SMAN 3 di Jalan Pintu Gerbang Pamekasan. Selanjutnya ke SMA Muhammadiyah di Jalan Patemun dan SMAN 1 di Jalan Pramuka Pamekasan.

Sasaran sosialisasi, semuanya siswa kelas 3 yang merupakan pemilih pemula. Selain mensosialisasikan tentang teknik pemungutan suara pada pemilu 9 April 2009 yang akan datang, dalam kesempatan itu HMI juga menjelaskan pentingnya menggunakan hak pilih.

"Kita yang akan menentukan nasib bangsa ke depan melalui momentum pemilu ini," kata 
Sulaisi di hadapan 40 siswa kelas III IPS di SMA 1 Pamekasan. 

Selain mengingatkan para pemilih pemula akan pentingnya menggunakan hak pilihnya pada pemilu 9 April 2009, HMI juga meminta agar mereka tidak memilih politisi busuk.

HMI, lanjut Sulaisi, menetapkan 20 kriteria yang tergolong sebagai politisi busuk. Antara lain, yang bersangkutan terlibat dalam kasus korupsi, bagi anggota dewan lama jarang ngantor waktu menjadi anggota dewan dan "kutu loncat" atau berpindah-pindah parpol.

Setelah melakukan sosialisasi ke pemilih pemula, HMI juga akan melakukan sosialisasi di pasar-pasar tradisional di Pamekasan dan pemilih perempuan.

"Sosialisasi khusus peremupuan ini kami melibatkan Korp HMI-Wati (Kohati) dari berbagai komisariat yang ada di berbagai perguruan tinggi di Pamekasan," katanya.

Menurut ketua umum Kohati Pamekasan, Nur Hayati, pemilih perempuan perlu juga mendapatkan bimbingan dan arahan, karena fakta yang terjadi selama ini, pilihan mereka tidak murni.

"Terkadang mereka memilih karena ikut-ikut suamu atau orang tuanya. Padahal pemilu ini adalah pilihan nurani, bukan pilihan keluarga," terangnya.

Sosialisasi pemilu yang dilakukan HMI Pamekasan kali ini merupakan satu dari 186 HMI cabang dan 17 Badan Koordinasi (Badko) se-Indonesia yang dilibatkan Pengurus Besar (PB) HMI untuk mensukseskan pelaksanaan pemilu 9 April 2009.

(Sumber: www.antarajatim.com)